Senin, 22 November 2010

PRASASTI


Prasasti Telapak Gajah

Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.

Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah.

Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Tarumanagara dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.








Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Sungai Ciaruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Sungai Cisadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam

Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.

Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.








Prasasti Batutulis
prasasti itu dibangun tahun 1533 oleh Prabu Surawisesa, sebagai peringatan terhadap ayahandanya, Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran. Prabu Siliwangi memerintah pada 1482 – 1521. Raja sakti mandraguna itu dinobatkan dengan gelar Prabu Guru Dewata Prana, lalu bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
prasasti yang terpahat dibatu tersebut tersusun dalam 9 baris tulisan. Adapun bunyi dan arti dari prasasti tersebut tiap baris adalah:
1. wangna pun ini sasakla prabu ratu purane pun diwastu : Wangna ini tanda peringatan bagi Prabu almarhum dinobatkan.
2. diya wingaran prebu guru dewata prana diwastu diya dingaran sri : Dia bernama prabu guru dewata parana dinobatkan lagi dengan nama Sri
3. baduga maharaja ratu haji di pakuan pajajaran sri baduga ratu de : Baduga maharaja ratu haji dipakwan Pajajaran sang ratu de-
4. wata pun ya nu nyusuk na pakuan diya anaka rahyang dewa nis : wata dialah yang membuat parit pakwan dia anak sangyang dewa nis-
5. kala sang sida mokta di guna tiga incu rahyang nisakala wastu : kala yang mendiang di guna tida cucu rahyang niskala wastu
6. kancana sang sida mokta ka nusa larang ya siya nu nyian sakaka : kencana yang mendiang ke nu salarang dialah yang membuat tanda pe-
7. la gugunungan ngabalay nyian sanghyang talaga : ringatan gugunungan, membuat teras di lereng bukit membuat hutan samida, telaga
8. rena maha wijaya ya siya pun i saka panca panda : rena maha wijaya ya dialah itu dalam tahun saka lima li-
9. wa emaban bumi .. : ma empat satu (1455) => dalam tahum masehi 1533.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar